SUARA INDONESIA, PROBOLINGGO - Harga bibit bawang merah di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, turun drastis di kisaran Rp 16 ribu per kilogram.
Hal ini diakibatkan faktor cuaca panas ekstrem beberapa bulan terakhir, sehingga petani enggan menanam bawang merah, yang juga menyebabkan berkurangnya pasokan bawang hasil panen.
Pantauan di sentra Pasar Bawang Merah Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo, menunjukkan anjloknya harga bibit bawang merah.
Akibatnya, pedagang terpaksa menjual bibit bawang tersebut secara ecer untuk keperluan bumbu dapur, ke sejumlah pasar tradisional dengan harga lebih rendah.
Turunnya harga bibit bawang merah dibenarkan oleh Kepala UPT Pasar Bawang Dringu, Sugiono. Menurutnya, memang terjadi penurunan harga bibit dan pasokan bawang merah ke gudang hingga 40 persen.
Penyebabnya karena banyak petani lebih memilih beralih menanam padi dan jagung, akibat cuaca panas ekstrem yang terjadi beberapa bulan terakhir.
“Ini membuat pengiriman bawang merah ke luar daerah juga berkurang, karena stok di pasar tersisa 40 persen,” ungkapnya, Kamis (30/11/2023).
Namun demikian, dengan jumlah stok yang ada, Sugiono menjamin pasokan tersebut masih mencukupi untuk kebutuhan masyarakat Probolinggo hingga awal tahun 2024.
Sementara pedagang bawang merah setempat, Muhasi mengatakan, pada situasi normal harga bibit bawang merah mencapai Rp 30 ribu - Rp 35 ribu per kilogram.
Namun karena faktor cuaca panas ekstrem yang terjadi saat ini, mempengaruhi harga jual bibit bawang di pasaran. Hal itu karena sedikitnya petani yang menanam bawang merah.
“Ini terpaksa saya taruh di gudang, karena sudah tidak laku. Jumlahnya sekitar 15 kwintal, untuk bibit yang saya taruh di gudang ini usianya ada sekitar 2 sampai 3 bulanan,” jelasnya.
Muhasi menyebut, bibit bawang merah yang dia miliki tersebut, nantinya akan dijual secara ecer untuk kebutuhan sayuran masyarakat. Hal itu guna menyiasati tidak lakunya penjualan bibit bawang merah di tingkat petani. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lutfi Hidayat |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi