JAKARTA, suaraindonesia.co.id - Kondisi udara di Jakarta semakin memprihatinkan. Pasalnya, polusi udara dapat menyebabkan penyakit pernafasan, utamanya bagi anak maupun lansia yang masuk fase rentan.
Bahkan, buruknya kualitas udara di Jakarta, juga menjadi curhatan pilu seorang ibu yang bayinya terpaksa di rawat di rumah sakit. Cerita itu, dia bagikan melalui akun TikTok.
Sebuah video singkat yang diposting oleh akun allahazzawajallaa, menceritakan anaknya, Hanan dilarikan ke rumah sakit diawali Hanan mengalami demam tinggi hingga tak bisa tidur semalaman karena sedang rewel.
Pihak dokter mendiagnosa bahwa bayi berusia belum genap 1 tahun itu mengalami sesak nafas. Nafasnya, 60 per-menit di atas angka wajar seharusnya 40 per-menit.
Balita itu menangis kencang saat jarum infus dimasukkan ke tangannya. Bocah itu harus menggunakan nebulizer 3 kali sehari untuk membantu pernafasannya.
Meski telah dirawat 3 hari, Hanan masih mengalami batuk pilek. Dia pun harus menjalani fisioterapi, disinar dan dipijat untuk meringankan gejalanya.
"Sedih banget rasanya pas ngelihat anak sekecil ini harus ngerasain jarum infusan. Penyakit flu sepele untuk orang dewasa tapi sangat amat menderita untuk bayi yang belum bisa keluarin lendir di hidung dan dahaknya," ungkap wanita tersebut seperti dilansir suara.com media jejaring suaraindonesia.co.id.
Perharian warganet pun tertuju pada unggahan wanita itu. Bermacam komentar membanjiri video tersebut.
"Kebetulan aku di Jakarta Utara bun, polusinya udah nggak karuan," komentar seorang warganet.
Komentar warganet lain juga mengikuti, "Semua bun, anak saya seminggu naik turun demam, batuk nggak sembuh-sembuh, saya kasih obat MLM aja kasihan ginjalnya, saya lawan pakai vitamin dan makanan sehat," tulisnya.
"Huhu sama di sini juga sehari bisa 3 sampai 4 anak yang di uap mana kebanyakan bayi," tulis warganet lain kolom komentar.
Hingga Sabtu (19/08/2023), unggahan ini sudah ditonton sebanyak lebih dari 1 juta kali di TikTok.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lutfi Hidayat |
Editor | : Irqam |
Komentar & Reaksi