SITUBONDO, Suaraindonesia.co.id - Sebuah tradisi unik dalam perayaan bulan Muharam kalender Hijriyah, terus dilestarikan warga Desa Olean, Kecamatan/Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Warga setempat menyebutnya sebagai tradisi Tajin Sorah dalam bahasa Madura atau Jenang Suro dalam bahasa Jawa.
Tak jauh beda dengan Tajin Sorah di beberapa daerah lainnya. Tapi di Desa Olean ini, tradisi Tajin Sorah sampai dijadikan festival yang diikuti oleh seluruh warganya.
Tajin Sorah merupakan makanan tradisional khas masyarakat kultur Madura yang dihidangkan khusus saat perayaan Tahun Baru Islam.
Makanan ini adalah sebuah bubur terbuat dari bahan dasar beras putih yang di atasnya dihiasi bermacam lauk seperti irisan ikan dan udang, irisan daging ayam dab telur, kentang hingga wortel. Rasanya gurih beraroma khas rempah-rempah dari taburan lauknya.
Masyarakat kultur Madura meyakini bahwa Tajin Sorah telah ada sejak masa Nabi Nuh As. Kisah yang beredar, kala itu kapal Nabi Nuh As bersandar di sebuah bukit setelah melewati banjir bandang selama puluhan hari.
Dengan persediaan makanan yang tinggal sedikit, pengikut Nabi Nuh As pun membuat bubur beras putih dengan irisan lauk sederhana. Bubur itu pun dikenal sampai saat ini, dengan sebutan Tajin Sorah. Namun kisah ini hanya sebatas cerita rakyat yang tidak ditemukan sumber referensi resminya.
Kepala Desa Olean, Ansori mengatakan, momentum peringatan 10 Asyura padah bulan Muharam kalender Hijriyah yang menjadi cikal bakal tradisi Tajin Sorah, memiliki catatan panjang dan sejarah bagi umat Islam. Karena saat itu merupakan kebangkitan dan harmonisasi antara manusia, tuhan dan alam dari hikmah yang dapat dipetik pada kisah Nabi Nuh As.
"Tajin sorah itu merupakan lambang penyucian diri secara batiniah dan wujud syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, kepada umat manusia," ujarnya, Jumat malam (28/07/2023).
Ansori menjelaskan, tradisi Tajin Sorah adalah merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan di Desa Oleanoleh yang bertujuan menjaga kelestarian adat istiadat dan budaya agar tidak punah.
Selain menampilkan berbagai kreasi Tajin Sorah, warga Desa Olean juga melakukan ritual Tosan Aji tiga pusaka Desa Olean yaitu Keris Kinatah Emas, Keris kecil dengan warangka hitam dan pusaka Trisula.
"Ini merupakan salah satu bentuk melestarikan peninggalan pusaka desa dan menjaga adat istiadat. Tosan Aji Pusaka ini sebagai bentuk mengingatkan kita tentang bagaimana cara menghargai dan menghormati para leluhur," beber Ansori.
Keunikan dan kesakralan mulai terasa ketika sesepuh desa merabat keris pusaka dan merapalkan tembang kidung dengan diiringi doa sambil memandikan pusaka satu persatu yang ditonton ribuan warga Desa Olean.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Syamsuri |
Editor | : Lutfi Hidayat |
Komentar & Reaksi