PROBOLINGGO - Hanya miliki lahan sempit tak membuat seorang warga di Kota Probolinggo, Jawa Timur hanya berpangku tangan.
Ia mengolah lahan sempit untuk budidaya sayur didroponik karena nilai jualnya yang menjanjikan.
Budidaya sayur sisten hidroponik rupanya masih sepi peminat, padahal harga jual sayur dengan memanfaatkan air berisi unsur hara sebagai media tanamnya ini cukup menjanjikan.
Seperti sayur selada hidroponik misalnya, harga jualnya bisa mencapai Rp. 25.000-30.000 per-kilogram lebih mahal daripada sayur selada biasa.
Nilai jual sayur hidroponik yang tinggi inilah membuat warga di Jl. Serayu Kelurahan Jrebeng Kulon, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo, Fatuhorrohman mencoba peruntungannya dengan membudidayakan sayur tanpa media tanam tanah ini.
Sejumlah benih sayur mulai selada, pokcoy hingga kangkung ia semai dan tanam di lahan miliknya dengan luas sekitar 20x30 meter persegi.
Tujuannya tentu untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga, tak sendiri Fathurrohman ditemani istri dan anak-anaknya merawat perkebunan sayur hidroponik miliknya.
Menuurutnya perawatan budidaya sayur hidroponik cukup mudah hanya diperlukan rak alumunium, bak penampung air, pipa PVC untuk tempat bibit sayur dan sirkulasi air serta racikan pupuk cair organik pada satu sistem rumah kaca berbahan plastik.
"Yang dibutuhkan membuat media tanamnya dulu, kita rakit rangka alumumium untuk rak tanaman dan saluran sirkulasi air serta pupuk cairnya," ungkapnya menjelaskan, Senin (16/01/2023).
Sistem ini diklaim tahan perubahan cuaca dan hama tertentu, sehingga lebih hemat dalam perawatan dan pemeliharaan tanaman.
"Sistem ini tahan cuaca, karena ada plastik penutup sinar matahari langsung di atasnya. Untuk hama juga tidak terlalu berdampak apalagi pada tanaman sayur selada," imbuhnya.
Satu set media tanam berisi sekitar 300 sayur selada dapat menghasilkan pendapatan hingga Rp. 1 juta dalam sekali panen dengan masa satu setengah bulan, masa panen tersebut lebih cepat dari budidaya sistem biasa yang mencapai dua bulan.
Kualitas sayur yang dihasilkan juga lebih segar yang menghasilkan sayur berkualitas premium.
"Kita panen satu bulan dua minggu, kulaitas sayurnya juga lebih baik daripada menggunakan media tanam tanah," terangnya.
Pemasaran dilakukan antar komunitas pembudidaya sayur hidroponik, selebihnya dijual kepada warga sekitar.
"Saya sudah beli di sini, kualitas sayurnya memang lebih baik dari pada yang di pasar. Biasanya kita pakai untuk sayur pecel, tahu kikil dan lalapan. Kadang juga buat sarapan anak-anak kita campur dengan roti dan telur," kata Endang Sundari, warga setempat konsumen sayur hidroponik.
Meskipun harganya sedikit lebih mahal dibanding sayur biasa, hal itu tak mengurangi minat pembeli terutama warga lokal yang bisa langsung melihat proses penanamannya.
Pembeli mendapat jaminan jika sayur yang dikonsumsi bebas dari Pestisida dan zat kimia lainnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lutfi Hidayat |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi