PROBOLINGGO - Perhatian Pemerintah Kota (Pemkot) Probolinggo terhadap para seniman musik keroncong tak hanya sebatas pembinaan.
Agar tetap eksis di masa pandemi Covid-19, Pemkot Probolinggo melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) memfasilitasinya dengan Festival Keroncong Virtual yang digelar di gedung Puri Manggala Bhakti, Sabtu malam (21/22/2020).
Kepala Seksi Sejarah dan Tradisi Disdikbud Kota Probolinggo, Novi Bayu Wardani mengatakan Disdikbud memiliki tanggung jawab dalam melestarikan kebudayaan dari berbagai bidang.
Pilihan menggelar Festival Keroncong Virtual, kata Novi karena semakin terbatasnya seniman musik keroncong di Kota Probolinggo.
"Di Kota Probolinggo ini untuk berkeroncong itu hanya beberapa saja. Yang senior seperti Tentrem (kelompok seniman keroncong-red) sama Kerapro, kira-kira sekitar dua tahun ini ada grup Javas Keroncong Junior," ujarnya.
Sejauh ini, Disdikbud telah mengadakan sejumlah lomba menyanyi keroncong tingkat pelajar setiap tahun.
Tapi kali ini Festival Keroncong Virtual digelar dengan mengkolaborasikan musisi keroncong senior dan junior.
"Di masa pandemi ini agar lebih semangat untuk berkarya. Karena sebelumnya kita sempat sowan (berkunjung-red) ke mereka, bagaimana aktivitas selama pandemi ini mereka bilang kita tidak ada latihan sama sekali," ungkap Novi.
Tampil tanpa banyak penonton di depan panggung, tak membuat gelora musisi musik tradisional Indonesia itu ciut.
Paduan instrumen musik dawai, flute, selo, kontrabas, seruling dan gitar semakin mengalun indah berpadu dengan suara vokal yang merdu.
Salah seorang pengurus Seni Keroncong Tentrem Kota Probolinggo, Fitriana Damayanti berterima kasih kepada Pemkot Probolinggo yang telah memfasilitasi seniman keroncong untuk tampil kembali.
"Masalah demam panggung itu hal biasa, tapi tadi itu betul-betul mengejutkan. Karena sudah lama, mulai Maret tidak latihan," jelasnya.
Fitri berharap festival keroncong semakin sering digelar, baik oleh pemerintah maupun swasta. Sebab, jika terlalu lama alat musik keroncong tak digunakan akan mengurangi kualitas dan kemerduannya, begitu juga dengan suara dan nada vokalnya.
Sementara menurut seorang vokalis keroncong cilik dari grup Simfony Tentrem, Salwa Tri Kamila (12) mengatakan belajar musik keroncong gampang-gampang susah.
"Belajar keroncong ada susahnya ada engga nya, musiknya enak dinyanyikan dan didengar. Kalo lagi deg-degan (grogi-red) pokoknya dibuat santai gitu saja.
Salwa menggeluti seni musik keroncong sejak usianya 6 tahun atau saat duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar.
Didasari hobi dan dilatih oleh para seniman keroncong Kota Probolinggo, ia pun mampu membawakan lagu keroncong dengan baik berkolaborasi dengan seniman keroncong senior. (Adv)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lutfi Hidayat |
Editor | : |
Komentar & Reaksi