SUARA INDONESIA PROBOLINGGO

Cara Pesantren di Probolinggo Lindungi Santri Dari Paparan Covid-19

Lutfi Hidayat - 30 October 2020 | 15:10 - Dibaca 2.86k kali
Features Cara Pesantren di Probolinggo Lindungi Santri Dari Paparan Covid-19
Suasana Kunjungan Wali Santri di Pondok Damanhuri Romly Ponpes Zainul Hasan Genggong Terapkan Protokol Kesehatan. Insert : Bilik Kunjungan di Ruang Terbuka Ponpes Nurul Jadid Paiton.

PROBOLINGGO - Seluruh sendi kehidupan terdampak pandemi Covid-19. Kesehatan, ekonomi, sosial bahkan pendidikan juga lunglai dalam bergerak. 

Pendidikan di pondok pesantren adalah salah satu yang terkena dampak pandemi ini. Aktivitas belajar dan mengaji menjadi terbatas, kunjungan dari pihak luar hampir kesemuanya ditiadakan.

Ya, tujuannya untuk melindungi para santri di pondok pesantren agar tak terpapar Virus Corona.

Lalu bagaimana cara pesantren melakukan proteksi persebaran Covid-19, barikut hasil penelusuran di Pondok Pesantren (Ponpes) Zainul Hasan Genggong, Pajarakan dan Ponpes Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.

Dua pesantren besar di daerah timur Jawa Timur itu, memiliki puluhan ribu santri putra dan putri. Keduanya juga memiliki perguruan tinggi setingkat Universitas yang didalamnya terdapat jurusan kesehatan dan keperawatan.

Secara teori dan praktik dalam hal kesehatan, dua pesantren tersebut tidak perlu diragukan lagi. Meski begitu pihak pesantren tidak mau lengah dalam menekan penyebaran Covid-19.

Seperti Ponpes Zainul Hasan Genggong yang meniadakan libur rutin tahunan Maulid Nabi. Langkah tegas Ponpes Genggong itu bertujuan menjaga para santri dari paparan Covid-19 yang bisa terjadi saat pulang ke rumah pada libur Maulid Nabi.

Tak cukup begitu, pesantren tertua di Probolinggo itu juga menerapkan protokol kesehatan secara ketat, baik dalam aktivitas pendidikannya maupun kunjungan tamu dan wali santri ketika menjenguk putra-putrinya di pesantren.

Pondok Damanhuri Romly, salah satu pondok cabang di lingkungan Pesantren Zainul Hasan Genggong sangat serius memperhatikan kesehatan para santri dan tamu, agar tak terpapar Covid-19.

Pondok asuhan kiai sekaligus dokter muda, dr. Gus Haris Damahuri tersebut, memberlakuan jadwal sambang santri sesuai tingkat kelas. Hal itu agar tidak terjadi kerumunan saat wali santri menyambangi putra-putrinya.

"Jadwal sambang santri di sini kami atur sesuai tingkat kelas. Misal hari Jumat pekan pertama kelas 6, lalu hari Jumat pekan berikutnya kelas 7 dan seterusnya," kata Kepala Pondok Damanhuri Putra Pesantren Zainul Hasan Genggong, Misbahul, Jumat (30/10/2020).

Sebuah ruangan khusus, lanjut Misbahul, disiapkan pihak pesantren untuk tempat sambang santri dan orang tuanya. Ruangan itu dibatasi dengan sekat plastik transparan.

"Santri harus pakai masker dan faceshield serta sarung tangan plastik. Kalau wali santri cukup pakai masker, cuci tangan dan melewati thermogun. Batas maksimal pengunjung hanya 2 orang untuk 1 orang santri," imbuhnya.

Usai melakukan aktivitas harian, para santri diharuskan mandi atau cuci tangan dan ganti pakaian agar selalu dalam kondisi bersih dan suci.

Sementara Ponpes Nurul Jadid sempat melarang wali santri menjenguk putra-putrinya di pesantren, bekal kiriman wali santri dititipkan kepada petugas khusus atau melalui transfer uang ke rekening Satgas Covid-19 pesantren.

Namun, sejak 21 Oktober lalu pihak pesantren mengijinkan kembali wali santri mengunjungi anaknya dengan mengikuti protokol kesehatan ketat.

Sekitar 30 bilik pertemuan untuk santri putra-putri dan wali santri disiapkan Ponpes Nurul Jadid. Bilik pertemuan dengan pembatas plastik transparan itu ditempatkan di area terbuka.

"Untuk barang atau bekal (dari wali santri-Red) dititipkan melalui loket khusus yang telah kami siapkan. Jadi ga bisa diberikan langsung," ucap Sekretaris Pesantren Nurul Jadid, Faizin Syamwiel.

Batas pengunjung juga 2 orang dengan catatan wali santri harus sehat. Faizin menyebut dibolehkannya kunjungan itu atas masukan dan permintaan wali santri.

"Jalan tengah kami ambil, boleh berkunjung tapi dengan protokol kesehatan Covid-19 sesuai koordinasi dengan tim gugus tugas pesantren," ujarnya.

Jadwal kunjungan boleh dilakukan kapan saja kecuali hari Senin dan Jumat. Jumlah kunjungan dibatasi 400 dalam dua shift pagi dan siang.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Lutfi Hidayat
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya